Rabu, 08 Juni 2016

Aku kagum dan tertarik dengan Bhikkhu Hutan Tradisi Theravada Thailand part III

Tgl 09 June 2016


Diawali  dengan foto Para Ajahn / Master Meditasi / Bhikkhu Hutan Tradisi Theravada, penulis melanjutkan catatan di bag.III ini.Penulis masih  mengagumi dan akan selalu mengagumi beliau para Guru, para Sesepuh  Master Meditasi yang  telah berjuang dan  berhasil melewati  rintangan hidup di dunia ini . Walaupun  hanya  mengagumi,penulis  juga  masih  banyak  belajar  tentang  Ajaran  Dhamma ini, jadi  tidak  hanya   sebatas  mengagumi, penulis  juga  berupaya  untuk  mempraktekkan  Ajaran  yang  tak  ternilai   ini  dan di dalam  hati  penulis selalu berujar " semoga berkat Jasa-jasa kebaikan  yang  selama penulis  lakukan baik di masa lalu atau sekarang melimpah  dan  mengkondisikan  penulis  bertemu  dengan  Ajaran  Buddha  Dhamma  di kehidupan  mendatang  dan  mempelajari  Ajaran  Buddha Dhamma  lebih   dalam lagi.  Bila  melihat  gambar  dari  kumpulan  para  Master   Meditasi  Thailand ini, penulis  selalu  tergetar  dalam  hati,Entah  bagaimana  melukiskan   perasaan ini, seakan-akan  mau  meledak  layaknya gunung meletus.


Gambar  yang  seakan-akan  membawa  pikiran  penulis  menuju  tempat  para Ajahn,Guru  berkumpul  disana. Betapa  menakjubkannya  melihat  sosok  beliau-beliau  dan  mengenal  dari  dekat, (jika  bisa ),betapa  senangnya  hati  ini  jika  bisa  bertemu  langsung  dengan  para  Guru-guru  diatas.Berikut  ini  Biography singkat Ajahn / Bhikkhu  Hutan  Tradisi  Theravada  yang   penulis  dapat  dari  segala  sumber :

1. Phra  Ajahn  Sao  Kantasilo



Phra Ajahn Sao Kantasilo Mahathera (1861-1942) adalah seorang Bhikkhu dalam Tradisi Hutan Thailand Buddhisme Theravada. Beliau adalah anggota yang sangat dihormati dalam Nikaya Dhammayuttika, pengikut Patriark Agung Thailand,milik Somdet Phra Nyanasamvara Suvaddhana. Ajahn Mun Bhuridatta Mahathera adalah salah satu siswa Nya yang paling dikenal dengan baik.

Setelah kremasi nya, fragmen tulang Nya dibagikan kepada orang-orang di sekitar provinsi Thailand. Menurut pengikutnya, reliks-reliks beliau berubah menjadi kristal.


2. Phra  Ajahn  Mun  Bhuridatta 
Ajahn Mun lahir pada Kamis, Januari 20, 1870, di sebuah desa pertanian yang bernama Baan Kham Bong, Khong Jiam, di tepi barat Sungai Mekong,Si Mueang Mai Kabupaten, Provinsi Ubon Ratchathani timur laut Thailand (Isan) .Ajahn Mun sepenuhnya ditahbiskan sebagai bhikkhu pada usia 22, pada tanggal 12 Juni 1893, di Vihara Wat Liap di kota propinsi Ubon Ratchatani. Yang Mulia Phra Ariyakavi adalah pembimbingnya dan Gurunya adalah Yang Mulia Phra Kru Prajak Ubolguna. Ajahn Mun diberi nama Buddhis "Bhuridatta" .
Setelah pentahbisan, Ajahn Mun pergi untuk berlatih meditasi bersama Ajahn Sao Kantasilo di Wat Liap , Ubon, di mana ia belajar untuk mempraktekkan tradisi monastik . Ajahn Sao mengajarkan metode meditasi kepada Ajahn Mun untuk menenangkan pikiran dengan pengulangan lafal, "Buddho." Karena Ajahn Sao mengetahui bahwa  mentor-Nya  ini  mempunyai  pikiran  yang   liar  dan  kuat. Ajahn Sao sering menemani Ajahn Mun mengembara dan berkemah di hutan lebat di sepanjang Sungai Mekong, di mana mereka akan berlatih meditasi bersama-sama. Ini dikenal sebagai "thudong" di Thailand, nama yang diambil dari istilah "dhutanga", 
Ajahn Sao Kantasilo Mahathera, guru pertama Mun sebagai seorang bhikkhu sekaligus mentor, meninggal pada tahun 1942. Ajahn Mun pindah untuk tinggal lebih lama ke hutan. Pada usia 75 tahun, Ajahn Mun memutuskan untuk menetap di pondoknya yang berada di hutan dalam, Pegunungan Phu Phan , dekat Sakhon Nakhon. Karena kesehatannya sudah mulai menurun, beliau tidak mampu mengembara ke hutan . Ajahn Mun meninggal pada tahun 1949 di Wat Suddhavasa Sakhon Nakhon  .  Ajahn Sao dan Ajahn Mun menarik  minat pengikut dalam jumlah yang banyak untuk dijadikan siswa-siswa-Nya dengan mendirikan salah satu cabang dari Tradisi Hutan Thailand (kammatthana) saat ini dipraktekkan di seluruh Thailand dan di beberapa negara di luar negeri.
Ajaran  Ajahn Mun tentang praktik adalah penerapan disiplin yang sangat ketat. Beliau mengikuti Vinaya (disiplin monastik) yang  dibuat  langsung Oleh Sang Buddha , dan juga mengamati banyak dari apa yang dikenal sebagai 13 klasik dhutanga (asketis) praktek-praktek, seperti hidup dari dana , jubah terbuat dari kulit pohon, tinggal di hutan dan hanya makan satu kali sehari,mencari tempat-tempat yang terpencil di hutan belantara Thailand dan Laos, Meskipun sifatnya tertutup, beliau banyak  menarik perhatian besar terhadap para siswa-Nya yang bersedia untuk menanggung kesulitan hidup di hutan untuk belajar dengan Ajahn Mun.

3. Phra Dharmavisuddhimongkhol /Ajahn Maha Bua Nanasampanno


Bua lahir di desa Taad Baan di provinsi timur laut Udon Thani. Beliau adalah salah satu dari 16 anak-anak dari keluarga kaya petani. Ketika ia berusia 21 tahun, orang tuanya memintanya untuk memasukkan menjadi bhikkhu  tradisi Thailand untuk menunjukkan rasa terima kasih terhadap orang tua. beliau masuk vihara Yothanimit dan ditahbiskan pada 12 Mei 1934 dengan Yang Mulia Chao Khun Dhammachedi sebagai pembimbingnya. Pembimbingnya memberinya nama Pali 'Nanasampanno', yang berarti 'seseorang yang diberkati dengan kebijaksanaan' Dia mempelajari bahasa Pali, bahasa Buddhisme Theravada, serta Vinaya (aturan monastik perilaku yang benar). Setelah tujuh tahun, ia melewati tingkat ketiga Pali studi, dan mencapai tingkat tertinggi dalam Dhamma dan studi Vinaya. Dia kemudian berkonsentrasi sepenuhnya pada latihan Dhamma dengan harapan belajar dengan Phra Ajahn Mun, salah seorang guru meditasi yang paling terkenal di masanya .

Nanasampanno kemudian pergi mencari Yang Mulia Ajahn Mun . Berkat  usaha  yang tidak  kenal lelah, akhirnya Ajahn Maha Bua Nanasampanno bertemu dengan Phra Ajahn Mun Bhuridatta. Ajahn Maha bua senang  sekali  pada  waktu   bertemu Karena seolah-olah Ajahn Mun sudah mengetahui keinginan, niat, dan keraguan-Nya. Ajahn  Mun mengklarifikasi pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran Ajahn Maha Bua dan menunjukkan jalan bahwa menuju jalan Nibbana masih ada. Nanasampanno berkata pada dirinya sendiri: 

    "Sekarang, Aku datang untuk hal yang nyata Dia telah membuat segalanya jelas dan saya tidak lagi memiliki keraguan.. Sekarang terserah kepada saya untuk menjadi benar atau sebaliknya. Aku bertekad untuk merealisasikan menjadi kenyataan!"

Beliau juga Pendiri Proyek Bantuan Nation Thailand, upaya amal yang didedikasikan untuk membantu perekonomian Thailand. Beliau telah dikunjungi dan didukung oleh Raja dan Ratu Thailand.Ajahn Maha Bua terkenal  dengan  keterampilan  pembicaraan Dhamma secara  langsung  dan  dinamis  karena itu tidak heran beliau  banyak  diminta   nasehat  maupun  Ajaran-nya untuk  pemerintahan di Thailand pada masa itu.

Pada 3 Desember 2010, Ajahn Maha Boowa dibawa ke Rumah Sakit Siriraj di Bangkok setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit di Khon Kaen dan Udon Thani. Beliau kembali ke Vihara Pa Ban Tat pada 3 Januari 2011.Minggu dini hari, para umat di Vihara Pa Ban Tat, timur laut propinsi Udon Thani mengabarkan bahwa Ajahn Maha Boowa telah wafat. Mereka berkumpul dan melakukan pelimpahan jasa pada pagi hari saat waktu pindapatta. Jasad Ajahn Maha Boowa disemayamkan sementara di aula atas Dhammasala Vihara Pa Ban Tat.Berkaitan dengan wafatnya Ajahn Maha Boowa, Y.M. Putri Chulabhorn memimpin jalannya upacara ritual kerajaan di Vihara Pa Ban Tat pada pukul 18.00 waktu setempat.





Untuk  Biography  Phra  Ajahn  Sao  Kantasilo, penulis  tidak  banyak  menemukan data beliau.Data  yang  ada  di Wikipedia pun , penulis  hanya  mendaptkan sedikit.Jadi  hanya  seperti diatas  biography  singkat  Phra Ajahn Sao Kantasilo.
Sepertinya my diary part III untuk  hari  ini   cukup  sampai  disini,  penulis  akan  melanjutkan  biography  Para  Ajahn  / Master  Meditasi  lainnya yang sangat fenomenal. Tidak  lupa , penulis  mengucapkan  Sabbe  satta Bhavantu sukhitata, semoga  semua mahluk  berbahagia,sadhu sadhu sadhu.