Diawali dengan foto Para Ajahn / Master Meditasi / Bhikkhu Hutan Tradisi Theravada, penulis melanjutkan catatan di bag.III ini.Penulis masih mengagumi dan akan selalu mengagumi beliau para Guru, para Sesepuh Master Meditasi yang telah berjuang dan berhasil melewati rintangan hidup di dunia ini . Walaupun hanya mengagumi,penulis juga masih banyak belajar tentang Ajaran Dhamma ini, jadi tidak hanya sebatas mengagumi, penulis juga berupaya untuk mempraktekkan Ajaran yang tak ternilai ini dan di dalam hati penulis selalu berujar " semoga berkat Jasa-jasa kebaikan yang selama penulis lakukan baik di masa lalu atau sekarang melimpah dan mengkondisikan penulis bertemu dengan Ajaran Buddha Dhamma di kehidupan mendatang dan mempelajari Ajaran Buddha Dhamma lebih dalam lagi. Bila melihat gambar dari kumpulan para Master Meditasi Thailand ini, penulis selalu tergetar dalam hati,Entah bagaimana melukiskan perasaan ini, seakan-akan mau meledak layaknya gunung meletus.
Gambar yang seakan-akan membawa pikiran penulis menuju tempat para Ajahn,Guru berkumpul disana. Betapa menakjubkannya melihat sosok beliau-beliau dan mengenal dari dekat, (jika bisa ),betapa senangnya hati ini jika bisa bertemu langsung dengan para Guru-guru diatas.Berikut ini Biography singkat Ajahn / Bhikkhu Hutan Tradisi Theravada yang penulis dapat dari segala sumber :
1. Phra Ajahn Sao Kantasilo
Phra Ajahn
Sao Kantasilo Mahathera (1861-1942) adalah seorang Bhikkhu dalam Tradisi Hutan
Thailand Buddhisme Theravada. Beliau adalah anggota yang sangat dihormati dalam
Nikaya Dhammayuttika, pengikut Patriark Agung Thailand,milik Somdet Phra
Nyanasamvara Suvaddhana. Ajahn Mun Bhuridatta Mahathera adalah salah satu siswa
Nya yang paling dikenal dengan baik.
Setelah kremasi nya, fragmen tulang Nya dibagikan kepada orang-orang di sekitar
provinsi Thailand. Menurut pengikutnya, reliks-reliks beliau berubah menjadi
kristal.
2. Phra Ajahn Mun Bhuridatta
Ajahn Mun
lahir pada Kamis, Januari 20, 1870, di sebuah desa pertanian yang bernama Baan
Kham Bong, Khong Jiam, di tepi barat Sungai Mekong,Si Mueang Mai
Kabupaten, Provinsi Ubon Ratchathani timur laut Thailand (Isan) .Ajahn Mun
sepenuhnya ditahbiskan sebagai bhikkhu pada usia 22, pada tanggal 12 Juni 1893,
di Vihara Wat Liap di kota propinsi Ubon Ratchatani. Yang Mulia Phra Ariyakavi
adalah pembimbingnya dan Gurunya adalah Yang Mulia Phra Kru Prajak
Ubolguna. Ajahn Mun diberi nama Buddhis "Bhuridatta" .
Setelah pentahbisan, Ajahn Mun pergi untuk berlatih meditasi bersama Ajahn Sao Kantasilo di Wat
Liap , Ubon, di mana ia belajar untuk mempraktekkan tradisi monastik .
Ajahn Sao mengajarkan metode meditasi kepada Ajahn Mun untuk menenangkan pikiran dengan pengulangan lafal, "Buddho." Karena Ajahn Sao mengetahui bahwa mentor-Nya ini mempunyai pikiran yang liar dan kuat. Ajahn Sao sering menemani Ajahn
Mun mengembara dan berkemah di hutan lebat di sepanjang Sungai Mekong, di mana
mereka akan berlatih meditasi bersama-sama. Ini dikenal sebagai
"thudong" di Thailand, nama yang diambil dari istilah
"dhutanga",
Ajahn Sao
Kantasilo Mahathera, guru pertama Mun sebagai seorang bhikkhu sekaligus mentor, meninggal
pada tahun 1942. Ajahn Mun pindah untuk tinggal lebih lama ke hutan. Pada usia
75 tahun, Ajahn Mun memutuskan untuk menetap di pondoknya yang berada di hutan dalam, Pegunungan Phu Phan , dekat Sakhon Nakhon. Karena
kesehatannya sudah mulai menurun, beliau tidak mampu mengembara ke hutan . Ajahn Mun meninggal pada
tahun 1949 di Wat Suddhavasa Sakhon Nakhon . Ajahn Sao dan Ajahn Mun menarik minat pengikut dalam jumlah yang banyak untuk dijadikan siswa-siswa-Nya dengan mendirikan salah satu
cabang dari Tradisi Hutan Thailand (kammatthana) saat ini dipraktekkan di
seluruh Thailand dan di beberapa negara di luar negeri.
Ajaran Ajahn Mun tentang praktik adalah penerapan disiplin yang sangat ketat. Beliau mengikuti Vinaya
(disiplin monastik) yang dibuat langsung Oleh Sang Buddha , dan juga mengamati banyak dari apa yang dikenal
sebagai 13 klasik dhutanga (asketis) praktek-praktek, seperti hidup dari dana , jubah terbuat dari kulit pohon, tinggal di hutan dan hanya
makan satu kali sehari,mencari tempat-tempat yang terpencil di hutan belantara
Thailand dan Laos, Meskipun sifatnya
tertutup, beliau banyak menarik perhatian besar terhadap para siswa-Nya yang bersedia untuk menanggung kesulitan
hidup di hutan untuk belajar dengan Ajahn Mun.
3. Phra
Dharmavisuddhimongkhol /Ajahn Maha Bua Nanasampanno
Bua
lahir di desa Taad Baan di provinsi timur laut Udon Thani. Beliau adalah salah
satu dari 16 anak-anak dari keluarga kaya petani. Ketika ia berusia 21
tahun, orang tuanya memintanya untuk memasukkan menjadi bhikkhu tradisi
Thailand untuk menunjukkan rasa terima kasih terhadap orang tua. beliau masuk vihara Yothanimit dan ditahbiskan pada 12 Mei 1934 dengan Yang Mulia Chao Khun
Dhammachedi sebagai pembimbingnya. Pembimbingnya memberinya nama Pali
'Nanasampanno', yang berarti 'seseorang yang diberkati dengan kebijaksanaan' Dia
mempelajari bahasa Pali, bahasa Buddhisme Theravada, serta Vinaya (aturan
monastik perilaku yang benar). Setelah tujuh tahun, ia melewati tingkat ketiga
Pali studi, dan mencapai tingkat tertinggi dalam Dhamma dan studi Vinaya. Dia
kemudian berkonsentrasi sepenuhnya pada latihan Dhamma dengan harapan belajar
dengan Phra Ajahn Mun, salah seorang guru meditasi yang paling terkenal di
masanya .
Nanasampanno kemudian pergi mencari Yang Mulia Ajahn Mun . Berkat usaha yang tidak kenal lelah, akhirnya Ajahn Maha Bua Nanasampanno bertemu dengan Phra Ajahn Mun Bhuridatta. Ajahn Maha bua senang sekali pada waktu bertemu Karena seolah-olah Ajahn Mun sudah mengetahui keinginan, niat, dan keraguan-Nya. Ajahn Mun mengklarifikasi pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran Ajahn Maha Bua dan menunjukkan jalan bahwa menuju jalan Nibbana masih ada. Nanasampanno berkata pada
dirinya sendiri:
"Sekarang, Aku datang untuk hal yang nyata
Dia telah membuat segalanya jelas dan saya tidak lagi memiliki keraguan..
Sekarang terserah kepada saya untuk menjadi benar atau sebaliknya. Aku bertekad
untuk merealisasikan menjadi kenyataan!"
Beliau juga Pendiri Proyek Bantuan Nation Thailand, upaya amal yang didedikasikan untuk
membantu perekonomian Thailand. Beliau telah dikunjungi dan didukung oleh Raja dan
Ratu Thailand.Ajahn Maha Bua terkenal dengan keterampilan pembicaraan Dhamma secara langsung dan dinamis karena itu tidak heran beliau banyak diminta nasehat maupun Ajaran-nya untuk pemerintahan di Thailand pada masa itu.
Pada 3
Desember 2010, Ajahn Maha Boowa dibawa ke Rumah Sakit Siriraj di Bangkok
setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit di Khon Kaen dan Udon Thani. Beliau
kembali ke Vihara Pa Ban Tat pada 3 Januari 2011.Minggu dini hari, para umat di
Vihara Pa Ban Tat, timur laut propinsi Udon Thani mengabarkan bahwa Ajahn Maha
Boowa telah wafat. Mereka berkumpul dan melakukan pelimpahan jasa pada pagi
hari saat waktu pindapatta. Jasad Ajahn Maha Boowa disemayamkan
sementara di aula atas Dhammasala Vihara Pa Ban Tat.Berkaitan dengan wafatnya
Ajahn Maha Boowa, Y.M. Putri Chulabhorn memimpin jalannya upacara ritual
kerajaan di Vihara Pa Ban Tat pada pukul 18.00 waktu setempat.
Untuk Biography Phra Ajahn Sao Kantasilo, penulis tidak banyak menemukan data beliau.Data yang ada di Wikipedia pun , penulis hanya mendaptkan sedikit.Jadi hanya seperti diatas biography singkat Phra Ajahn Sao Kantasilo.
Sepertinya my diary part III untuk hari ini cukup sampai disini, penulis akan melanjutkan biography Para Ajahn / Master Meditasi lainnya yang sangat fenomenal. Tidak lupa , penulis mengucapkan Sabbe satta Bhavantu sukhitata, semoga semua mahluk berbahagia,sadhu sadhu sadhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar